”Kowe ojo ngakali aku lho Mas….?!”
Demikian saya pernah dikomplain sama Ibu Kost saya waktu di Yogya, saat saya dipercaya oleh temen-temen kost buat meloby Ibu tentang aturan kost. Waktu itu saya gak begitu ngerti apa yang dimaksud dengan Ibu kost saya yang galak itu…..but dalam kasus kenaikan harga BBM pada akhir maret lalu….tiba-tiba saya merasa diakali juga….maksudnya saya diberi argumen-argumen yang masuk akal oleh berbagai fihak buat menerima kenaikan harga BBM itu sebagai sebuah hal yang wajar….hingga saya pun kemudian dibuat terheran-heran dengan maraknya demo menentang kebijakan pemerintah buat menaikkan harga BBM, bahkan sebulan setelah kebijakan itu ditetapkan oleh pemerintah….hingga saya merasa lucu juga dengan para pendemo itu….wong harga BBM-nya sudah kadung naek koq masih didemo….Bahkan istri saya pun dengan lugunya nyeletuk ringan melihat kelakuan mahasiswa pendemo itu….
“Gak onok sejarahe bensin kadhung mundhak koq mudhun maneh…”
Celetukan lugu tapi mengena juga….emangnya kalo bensin turun trus mo gimana….emang harga-harga yang sudah kadhung naek mau turun….belum lagi si biang kerok demo yakni persatuan para sopir angkot dan angkudes yang pastinya tetep keukeuh dengan tarif baru walau misalnya bensin and solar turun lagi…..Gimana mau turun, wong setorannya kadhung dinaikin….gimana setoran kagak dinaikin, wong onderdil kendaraan sudah kadhung melangit….Hingga kemudian muncul sebuah pertanyaan lugu tapi cerdas dari para pendemo…
“Lho kita ini khan negara OPEC….alias anggota negara penghasil minyak….Masak harga BBM dunia naek, negara kita malah bangkrut….harusnya malah untung dong….?!”
Sebuah pertanyaan masuk akal yang buru-buru segera direspon pemerintah dengan pernyataan rencana mundur dari keanggotaan OPEC….Lho emangnya kenapa kita mo mundur…?! Dari sinilah saya merasa bodoh banget atau mungkin juga dibodohi oleh pihak-pihak tertentu, baik pemerintah maupun lawan politiknya ….atau tepatnya ada pembodohan publik besar-besaran seputar kenaikan harga BBM….. Baca entri selengkapnya »