Juri-juri Oscar kalo menurut saya semakin aneh saja seleranya dari tahun ke tahun. Apalagi pas milenium ini. Kalau gak percaya, coba bandingin seleranya juri Oscar dari tahun 90-an dibanding 2000-an (lihat box).
Tahun |
Pemenang Oscar |
Tahun |
Pemenang Oscar |
Should Win |
1990 |
Dance With Wolves |
2001 |
A Beautiful Mind |
Black Hawk Down Lord of The Rings 1 |
1991 |
The Silence of The Lambs |
2002 |
Chicago |
Gangs of New York Lord of The Rings 2 |
1992 |
Unforgiven |
2003 |
Lord of The Rings 3 |
idem |
1993 |
Schindler’s List |
2004 |
Million Dollar Baby |
The Aviator |
1994 |
Forrest Gump |
2005 |
Crash |
Memoirs of Geisha |
1995 |
Brave Heart |
2006 |
The Departed |
The Devil Wears Prada |
1996 |
The English Patient (Jerry Maguire) |
2007 |
No Country for Old Men |
Atonement The Bourne Ultimatum |
1997 |
Titanic |
2008 |
Slumdog Milionere |
The Curious Case of Benjamin Button |
1998 |
Shakespeare in Love (Saving Private Ryan) |
2009 |
The Hurt Loker |
Avatar Up in the Air |
1999 |
American Beauty (Any Given Sunday) |
2010 |
King’s Speech |
The Fighter |
2000 |
Gladiator |
2011 |
The Artist |
Money Ball |
Setuju atau tidak, tetapi dari tabel di atas nampak ketahuan kalau banyak film-film yang seharusnya berpotensi bisa (??) menang Oscar daripada pemenang Oscar sesungguhnya. Kalau masih gak percaya, coba tonton saja film-film pemenang Oscar di era 90-an… pastilah lebih menarik daripada film pemenang Oscar di era milenium yang cenderung gampang dilupakan…. (mending nonton should win yang lebih memorable) Bahkan yang tambah aneh lagi adalah tahun ini, dimana pemenang Oscar-nya merupakan film bisu. Entah dengan alasan apapun (orisinil kek.., unik kek…) kalu pemenangnya film bisu maka Oscar sedang mundur ke tahun 1927 dimana saat itu pemenangnya adalah WINGS yang notabene adalah film bisu (harusnya tetap) satu-satunya pemenang Oscar.
Wes lah… kita lupakan saja perhelatan Oscar 2011 yang nganeh-nganehi, tulisanku kali ini akan membahas tentang film nominasi Oscar yang harusnya menang yakni Money Ball. Kayaknya ini adalah film terbaik produksi 2011 yang aku tonton, mengalahkan film baik lain semisal : Real Steel, Planet of The Apes : Rise of the Planet, Fast of Forious 5. Dan hanya bisa disaingi film The Figther yang kebetulan film unggulanku di tahun lalu. Secara singkat film ini bercerita tentang kisah Billy Beane (Pitt) seorang manajer klub baseball Oakland A, yang dituntut tetap berprestasi walau dengan dukungan budget minim ples hengkangnya para pemain bintangnya yang hengkang akibat dibajak klub lain yang lebih mampu membayar gedhe. Tentu saja hal itu sangat memusingkan Billy sampai kemudian dia bertemu dengan Peter Brand (dimainkan dengan sangat apik oleh Jonah Hill), seorang anak muda pecinta basseball yang tak pernah bermain baseball. Tetapi memiliki analisis mendalam dengan mendasarkan pada data statistik dari tiap pemain. Hal ini menimbulkan ide dari Billy untuk memanfaatkannya demi membentuk tim baseball dengan biaya murah tetapi berpotensi mengejutkan setiap lawannya. Dari sinilah dimulai sebuah petualangan menarik diantara manajer dan asistennya dalam mengelola klub baseball.
Adegan-adegan menarik dalam film ini antara lain adalah saat Billy dan Peter berusaha mencari dan membeli pemain-pemain murah tetapi potensial secara statistik. Keputusan yang dianggap aneh oleh sebagian besar bawahannya bahkan mereka mengingatkan bahwa baseball adalah olah raga yang melibatkan manusia dan bukan sekedar angka-angka statistik atau simulasi komputer saja. Bahkan sang pelatih utama pun menolak memainkan pemain ‘buangan’ itu sebagai starter. Sebuah desersi yang langsung dibalas Billy dengan membuang Luis Pena, sang pemain bintang agar si pelatih tidak punya pilihan lain hingga terpaksa memainkan si cadangan itu. Hal lain yang dilakukan Billy adalah mengubah gaya kepemimpinannya yang semula ‘gak mau kenal sama pemain’ menjadi gaya memanusiakan manusia yang saat ini sedang populer dimana-mana. Belum lagi dilema masa lalu Billy sebagai pemain ‘berbakat tapi gagal’, membuat keraguan akan metode statistik Brand dalam mengelola klub baseball. Apalagi saat kondisi tim tertekan akibat kalah melulu…
Dalam film ini terlihat peran Brad Pitt yang sangat menonjol sebagai Billy Beane dan kalau menurut saya lebih pantas diganjar Oscar daripada si bisu Durjadin. Penghargaan memang seharusnya patut diberikan pada Brad Pitt yang di tahun-tahun terakhirnya ini berupaya keras untuk mendapatkan Oscar melalui film-film bermutu semisal : Babel, The Assassination of Jesse James by the Coward Robert Ford, The Curious Case of Benjamin Button, Inglourious Basterds. Bahkan di tahun ini dia juga main dalam film berkualitas Oscar Three of Life. Kelemahan Pitt dalam hal ini hanyalah wajahnya yang terlalu tampan untuk seorang pemenang Oscar. Mungkin dia harus belajar banyak dari seorang Tom Cruse, si tampan lain, yang mungkin sudah bosan dengan juri-juri Oscar hingga sekarang lebih banyak bermain film-film komersil saja.
Sang pemeran Peter Brand yakni Jonah Hill, walau berakting sangat bagus, juga mengalami nasib yang sama dengan Pitt yang harus puas hanya masuk sebagai nominasi Oscar saja. Tapi kali ini bukan karena Jonah terlalu tampan, tetapi karena ada deretan aktor senior yang pengen banget (karena belum pernah) dapat Oscar. Kondisi yang agak mirip dengan nasib Peter Brand yang semula diremehkan para senior yang berpengalaman dalam bisnis baseball tetapi akhirnya berhasil membuktikan akurasi analisinya.
Mengapa film ini akhirnya hanya sekedar memikat juri Oscar saja…?! Mungkin karena garis besar cerita film olah raga semuanya mirip dengan cerita film ini. Sebuah klub olah raga kecil, gak punya duit, pengen berprestasi, terkendala kualitas pemain, banyak kalah, lalu menemukan metode baru, pemain baru, dan mulai menuju ke happy ending. Dan saya punya list film yang lebih menarik dari film ini yakni : Any Given Sunday arahan Oliver Stone (1999) tapi dengan latar belakang American Football. Mengapa saya katakan menarik karena polemik sang manajer lebih besar lagi mengingat dianya adalah seorang wanita (diperankan Cameron Diaz) yang jelas-jelas tidak tahu bahkan tak suka dengan American Football. Bedanya hanyalah jika Billy akhirnya menolak tawaran klub besar Red Sox dan memilih bertahan di Oakland A karena alasan-alasan yang romantis. Maka Any Given Sunday lebih realistis endingnya, dimana sang pelatih Jenius yang diperankan Al Pacino memilih hengkang dari klub bobroknya. Tidak hanya itu, Pacino juga membawa beberapa pemain kesayangannya…
Mengapa judulnya adalah A Tribute to Jose Mourinho….?! Karena Mourinho kisah hidupnya juga mirip dengan Billy Beane. Seorang pemain gagal yang akhirnya menjadi manajer tersukses di jagad sepak bola. Andalannya juga sama. Akurasi hasil analisis statistik pemain serta simulasi secara virtual melalui komputer. Sebuah metode yang sampai hari ini juga dianggap kontroversial dan dicerca banyak pihak, walau sangat disukai para pemilik besar semisal Roman Abramovich (Chelsea), Massimo Morrati (Inter) dan Florentino Perez (Madrid). Bahkan saat ini, metode Mourinho mulai ditiru banyak orang dan menjadi momok bagi banyak klub pesaingnya. Kalau gak percaya, tanyakan pada Josep Guardiola yang selalu berhasil mengalahkan Madrid tapi harus mendapati kenyataan tertinggal 10 poin dari Madrid akibat kejeniusan statistik Mourinho.
I’ll immediately clutch your rss feed as I can’t to find your email
subscription link or e-newsletter service. Do you’ve any?
Please let me realize so that I could subscribe.
Thanks.
super banget lahh artikelnya
sangat menginspirasi sekali artikelnya….
baca artikelnya agak memusingkan gan….
artikel bagus,, ilmu pun bertambah….
ijin berkunjung dan blogwalking sore gan….
blogwalking malam gan, selamat beraktiviftas yaa
mudah2an dengan adanya info ini bisa berguna buat semua orang
Masih aktif ga nih?
Kok ga ada updatetan lagi?
Terakhir 2012
Mengapa judulnya adalah A Tribute to Jose Mourinho….?! Karena Mourinho kisah hidupnya juga mirip dengan Billy Beane. Seorang pemain gagal yang akhirnya menjadi manajer tersukses di jagad sepak bola.