Bicara Tentang Kematian…

Agustus 30, 2010

Sorry bukan maksud hati ingin membicarakan kematianku suri di dunia maya dalam hampir sebulanan ini…dan memang belum ada niatan juga…(semuanya gara-gara laptopku yang tiba-tiba mati tanpa ada tanda-tanda kematian terlebih dahulu hingga bikin akunya setengah linglung akibat kehilangan pegangan karena separuh jiwaku pergi…) Tapi memang tiba-tiba saja akunya lagi pengen bicara tentang kematian manusia yang penuh misteri walau pasti terjadi…bagaimana sebaiknya kita mati….trus cara mati mana yang paling enak bagi semuanya….bagaimana juga misteri tentang mati suri…mati karena tidur….dan bagaimana menyiapkan diri kita untuk menghadapi kematian….?! Semuanya mungkin tidak akan terjawab dalam tulisan ini secara memuaskan tapi minimal akan banyak diskusi tentang kematian yang tentunya mengharapkan sharing and masukan dari Anda para pengelana yang kebetulan mampir di padepokan ini….

Segalanya bermula saat obrolan santai di kantor membicarakan tentang kematian ibunya temen yang terjadi secara mendadak. Pak Budi secara guyonan menyatakan bahwa mendadak mati merupakan cara mati yang paling diidamkan banyak orang karena proses yang cepat hingga tingkat kesakitan yang dialami Camat (calon yang mau mati) bisa diminimalisir ples dapat bonus tidak merepotkan sama yang ditinggalkan…walau tentu saja membawa efek kejut bagi yang ditinggalkan….apalagi jika kematiannya akibat kecelakaan (misal akibat meledaknya tabung gas elpiji seperti dialami banyak orang akhir-akhir ini). Lebih sedih lagi jika masih ninggalin anak yang masih kecil-kecil and si camat adalah penopang ekonomi keluarga maka jelas-jelas akan terjadi kekacauan sektor ekonomi yang bisa menghancurkan masa depan anak-anak yang ditinggalkan. Bagaimana kalau yang ditinggal sudah dewasa semua…?! Berat juga karena pada dasarnya seorang anak pastilah ingin membalas jasa-jasa orang tuanya….and salah satunya adalah dengan merawat orang tua saat sakit sebelum meninggal….Jadi, walau mati mendadak enak bagi si camat tapi tidak begitu menyenangkan bagi yang ditinggalkan…

Lalu apakah si camat harus sakit agak lamaan dulu agar yang ditinggalkan bisa memberikan bakti terakhirnya….?! Saya sendiri pernah mengalami hal seperti itu saat ayah saya sakit and dirawat di rumah sakit hampir satu setengah bulanan sebelum akhirnya meninggal….Dan terus terang saja hal itu sangat merepotkan bagi yang ditinggalkan walau sampai sekarang saya masih yakin bahwa masa 1,5 bulan itulah yang harus kami lakukan buat membalas segala pengorbanan ayah tercinta yang telah begitu dominan terhadap hidup kami sekeluarga selama hayat. Tapi, yang seperti itu tidak enak sama sekali…!! Tidak enak bagi saya karena harus montang-manting nyari duit buat nutupi biaya rumah sakit si ayah hingga sempat menyerah juga….Tidak enak bagi adhek perempuan saya yang terpaksa harus secara marathon nungguin siang malam di rumah sakit akibat ayah yang sudah tidak bisa apa-apa….Tidak enak juga bagi si ayah yang kelihatan begitu menderita selama sakit hingga tubuhnya yang gagah perkasa menjadi kurus kering ala jerangkong hidup hanya 1,5 bulan paska mulai masuk rumah sakit… Baca entri selengkapnya »