Bicara Tentang Kematian…

Sorry bukan maksud hati ingin membicarakan kematianku suri di dunia maya dalam hampir sebulanan ini…dan memang belum ada niatan juga…(semuanya gara-gara laptopku yang tiba-tiba mati tanpa ada tanda-tanda kematian terlebih dahulu hingga bikin akunya setengah linglung akibat kehilangan pegangan karena separuh jiwaku pergi…) Tapi memang tiba-tiba saja akunya lagi pengen bicara tentang kematian manusia yang penuh misteri walau pasti terjadi…bagaimana sebaiknya kita mati….trus cara mati mana yang paling enak bagi semuanya….bagaimana juga misteri tentang mati suri…mati karena tidur….dan bagaimana menyiapkan diri kita untuk menghadapi kematian….?! Semuanya mungkin tidak akan terjawab dalam tulisan ini secara memuaskan tapi minimal akan banyak diskusi tentang kematian yang tentunya mengharapkan sharing and masukan dari Anda para pengelana yang kebetulan mampir di padepokan ini….

Segalanya bermula saat obrolan santai di kantor membicarakan tentang kematian ibunya temen yang terjadi secara mendadak. Pak Budi secara guyonan menyatakan bahwa mendadak mati merupakan cara mati yang paling diidamkan banyak orang karena proses yang cepat hingga tingkat kesakitan yang dialami Camat (calon yang mau mati) bisa diminimalisir ples dapat bonus tidak merepotkan sama yang ditinggalkan…walau tentu saja membawa efek kejut bagi yang ditinggalkan….apalagi jika kematiannya akibat kecelakaan (misal akibat meledaknya tabung gas elpiji seperti dialami banyak orang akhir-akhir ini). Lebih sedih lagi jika masih ninggalin anak yang masih kecil-kecil and si camat adalah penopang ekonomi keluarga maka jelas-jelas akan terjadi kekacauan sektor ekonomi yang bisa menghancurkan masa depan anak-anak yang ditinggalkan. Bagaimana kalau yang ditinggal sudah dewasa semua…?! Berat juga karena pada dasarnya seorang anak pastilah ingin membalas jasa-jasa orang tuanya….and salah satunya adalah dengan merawat orang tua saat sakit sebelum meninggal….Jadi, walau mati mendadak enak bagi si camat tapi tidak begitu menyenangkan bagi yang ditinggalkan…

Lalu apakah si camat harus sakit agak lamaan dulu agar yang ditinggalkan bisa memberikan bakti terakhirnya….?! Saya sendiri pernah mengalami hal seperti itu saat ayah saya sakit and dirawat di rumah sakit hampir satu setengah bulanan sebelum akhirnya meninggal….Dan terus terang saja hal itu sangat merepotkan bagi yang ditinggalkan walau sampai sekarang saya masih yakin bahwa masa 1,5 bulan itulah yang harus kami lakukan buat membalas segala pengorbanan ayah tercinta yang telah begitu dominan terhadap hidup kami sekeluarga selama hayat. Tapi, yang seperti itu tidak enak sama sekali…!! Tidak enak bagi saya karena harus montang-manting nyari duit buat nutupi biaya rumah sakit si ayah hingga sempat menyerah juga….Tidak enak bagi adhek perempuan saya yang terpaksa harus secara marathon nungguin siang malam di rumah sakit akibat ayah yang sudah tidak bisa apa-apa….Tidak enak juga bagi si ayah yang kelihatan begitu menderita selama sakit hingga tubuhnya yang gagah perkasa menjadi kurus kering ala jerangkong hidup hanya 1,5 bulan paska mulai masuk rumah sakit…

Dan mungkin karena tiga hal itulah pada banyak kasus pasien rawat inap di rumah sakit yang setelah lama gak sembuh-sembuh sama keluarganya dipaksa pulang ke rumah…. Alasannya sih si camat ingin menikmati sisa terakhir hidupnya di rumah…walau sebenarnya alasan utamanya si keluarga tidak mau direpotkan lebih lama oleh si sakit… akibat sudah terlalu lama bolos lah karena terlalu lama ronda malam di rumah sakit…. atau juga karena duit yang mulai menipis setelah diperas habis-habisan oleh rumah sakit (masih inget dengan kamar ayah saya yang konon semalam harganya mencapai 75 ribu padahal fasilitasnya hanya sekelas hotel melati murahan. Ingat angka itupun terjadinya di tahun 2000 lo….). Dan mungkin juga kadang banyak keluarga yang merasa kasihan dengan derita si sakit yang dengan dibawa pulang otomatis akan mempercepat kematiannya akibat fasilitas rumahan yang jauh dari fasilitas medis…(Jadi inget cerita tentang kerabat temen yang selama setengah tahun dalam keadaan koma alias hanya hidup dari pasokan nutrisi lewat kabel infus ples bantuan oksigen…dan saat semua fasilitas itu dicabut, tidak sampai satu jam pasien itu langsung meninggal dengan tenang….Eh…jadi inget cerita tentang orang-orang tua yang susah meninggal akibat katanya memiliki jimat hingga jika ingin cepet mati maka jimat atau ajian itu harus dihilangkan terlebih dahulu….)

Bicara kematian, saya jadi teringat sebuah fatwa yang menyatakan bahwa manusia itu 40 hari sebelum meninggal dia akan diberi isyarat dari Tuhan akan kematiannya tersebut… dan setelah meninggal manusia pun diijinkan oleh Tuan selama 40 hari untuk bernostalgia dengan dunia kehidupannya… Menarik membahas fatwa tersebut karena ayah saya pernah cerita tentang Pak RT yang saat sakit biasa dia mengeluhkan bahwa dia sudah tidak kuat dan rasanya sudah pengen meninggal dunia…Sebuah pernyataan yang menurut ayah saya terlalu cengeng karena teorinya seorang yang sakit harus kuat dan bersemangat agar cepat sembuh…apalagi anak-anak Pak RT waktu itu masih kecil-kecil alias tanggungan dunianya masih banyak….walau dalam hati saya membenarkan pernyataan ayah saya, tetapi kenyataannya sekitar sebulan kemudian Pak RT pun meninggal dunia….sebuah kenyataan yang menurut ayah saya (yang kebetulan lulusan IAIN) sebagai takdir orang yang pesimis hingga Gusti Alloh pun tinggal ngijabahi saja…

Herannya, hal yang dibenci itu ternyata oleh ayah saya dilakukannya saat pertama kali dia masuk ICU. Pernyataan bahwa Bapak sudah gak kuat pun secara sadar meluncur dari mulutnya… dan saya pun ikut-ikutan memohon agar Bapak tidak mengucapkan kalimat pesimis itu….walau kemudian sekitar sebulan kemudian ayah pun meninggal dunia…. (dan sayanya saat ini lagi berdebar-debar menantikan lenjutan pernyataan Ibu temen saya yang minta dirawat di rumah saja karena mengaku rumah sakitnya terlalu bising walau kenyataannya ruang VIP yang disewa temen saya sangat tenang….).

Bagaimana paska kematian….?! Adek saya yang cerita, sekitar sebulan setelah ayah meninggal di malam-malam tertentu masih terlintas wajah ayah tersenyum diluar jendela rumah…atau terdengar ada langkah-langkah kaki di ruang belakang. Mungkin sedikit horor, tetapi adek saya yang sudah secara maraton menemani sang camat hampir sebulan penuh di rumah sakit hanya menganggapnya sebagai sebuah tanda sayang terakhir dari sang ayah….. Bapak lagi kangen……

Cerita menarik dijelaskan temen lain lagi saat seorang trainer outbound menceritakan kisah mati surinya. Saat itu dia memang sudah merasa rohnya telah terlepas dari jasad wadagnya hingga dia pun menyaksikan bagaimana orang-orang yang dikasihinya menangis saat memandikan jasadnya…Tiba-tiba dia melihat wajah anak-anaknya yang masih kecil-kecil hingga spontan dia pun berdoa memohon kepada Tuhan agar menunda kematiannya mengingat masih banyak tanggungan di dunia yang belum diselesaikannya terutama dalam mengentaskan anak-anaknya yang masih kecil….dan ajaibnya, tiba-tiba saja dia bisa bangun kembali hingga bahkan membikin takut para pelayatnya…..Tapi yang jelas sampai saat ini sang trainer itu masih hidup dan sehat walafiat….

Bagaimana menjelaskan fenomena mati suri diatas….?! Wallohualambissawab…. Yang jelas jika langit tu ada tujuh lapis maka Agus Mustofa menyatakan bahwa lapisan pertama adalah dunia sementara langit ketujuh adalah Surga itu sendiri…Orang yang meninggal pada dasarnya naik dari langit lapis pertama (dunia) ke lapisan langit tingkat 2 atau yang disebut sebagai alam kubur….Bagaimana jika ada roh atau hantu yang gentayangan…?! Ya…pada dasarnya jasad itu sudah meninggalkan langit pertama tetapi belum bersedia tinggal di langit lapis kedua sehingga rohnya melayang-layang diantara langit pertama dan kedua hingga kadang-kadang dilihat manusia dan dianggap sebagai hantu yang gentayangan……

Sementara segitu dulu lah misteri of the death….dan saya yakin sampai kiamat hal itu tetaplah menjadi sebuah misteri karena saat orang berhasil mengungkap misteri tersebut maka orang tersebut tak mampu lagi menceritakannya pada orang lain bahkan lewat blog sekalipun…. hi….hi….hi…..

Tinggalkan komentar