Kemenangan Para Pecinta Sepakbola (Death of Red Colour)

Mei 20, 2012

Tahun ini banyak klub kaya, atau tepatnya yang memiliki pemilik kaya, yang jadi juara. Banyak yang mengatakan bahwa itu adalah tanda-tanda matinya sepakbola klasik dunia, digantikan sepakbola industri nan penuh gebyar sekaligus komersial. Tak tanggung-tanggung bahkan Presiden UEFA, Michael Platini, membenci dan berusaha menghancurkan komersialisasi sepak bola yang berlebihan itu. Bermacam peraturan telah dikeluarkan, antara lain tentang pembatasan jumlah pemain asing non Eropa sampai kewajiban memiliki pemain muda lokal dalam skuad telah coba diberlakukan. Yang terbaru, Platini hendak menerapkan batas salary seperti yang dilakukan dalam basket NBA agar pertandingan berjalan lebih seimbang antara tim besar kaya raya dengan tim-tim medioker atau malah tim-tim kecil yang ada dalam suatu negara atau malah tim-tim di luar negara besar sepakbola : Inggris, Spanyol, Jerman, dan Italia.

 

Bagi saya sendiri apa yang dilakukan Platini sebenarnya tidak melulu murni penyelematan sepak bola dunia…tapi lebih pada penyelamatan sepak bola Eropa yang menjadi wewenangnya. Dengan kata lain prinsip yang hendak menyelamatkan hegemoni Bangsa Aria dalam sepak bola. Betapa tidak, kemunculan bintang-bintang besar di luar Eropa tahun ini demikian luar biasa dan pasti akan semakin membesar jumlahnya di tahun-tahun mendatang. Messi, Aguerro, Teves, Cavani, Falcao dan Sanches, adalah raja-raja kecil sepakbola Eropa saat ini yang berasal dari Amerika Selatan. Lalu dari Afrika nama-nama lawas semacam Didier Drogba, Eto’o, Yaya Toure, Essien telah memiliki penerus hebat semacam Valencia, Demba Ba, Papis Demba Cisse atau juga Obi Mikel. Sementara dari Asia, beberapa nama juga sudah menarik perhatian klub besar semisal Keisuke Honda, Shinji Kagawa, Ryo Myaichi, Park Chu Yong. Apa artinya ?! Jelas bakat-bakat muda sepak bola Eropa akan mati dan tersingkir di klub-klub kecil. Walau di lain benua, sepak bola akan semakin tumbuh berkembang akibat daya tarik fulus seperti diterima para seniornya di Eropa.

 

Yang perlu dicermati lagi adalah pertumbuhan finansial klub-klub besar akibat eksodus budget yang berasal dari taipan-taipan di luar Eropa seperti Manchester United yang dimiliki Orang Amerika, Manchester City dan QPR yang membesar akibat suntikan finansial taipan minyak Timur Tengah, yang semuanya dimulai dari investasi super gila yang dilakukan oleh Roman Abramovich terhadap klub kecil, Chelsie. Walau tidak selalu berarti prestasi, tetapi tahun ini kekuatan finansial semakin terlihat menguasai liga-liga besar Eropa. Walau demikian, saya sendiri lebih suka menyebutnya sebagai kekuatan pecinta sepak bola sejati. Bayangkan, alangkah gilanya sang investor yang rela kehilangan milyaran dolar hanya untuk mendanai sebuah klub kecil agar bisa menyaingi tradisi-tradisi klub besar langganan juara. Anda saya punya duit seperti mereka, sebagai penggila bola, pastilah saya akan berbuat serupa dengan membeli sebuah klub medioker di Inggris untuk bisa berprestasi. Sesuatu yang sudah dilakukan banyak pecinta bola di negeri ini walau masih sebatas via Virtual Football Manager saja… (daripada duit habis banyak tapi prestasi gak jelas seperti dilakukan investor Persib Bandung, Persija Jakarta atau Persisam Putra Samarinda, Pelita Jaya atau Mitra Kukar misalnya…)

Baca entri selengkapnya »