Kemenangan Para Pecinta Sepakbola (Death of Red Colour)

Tahun ini banyak klub kaya, atau tepatnya yang memiliki pemilik kaya, yang jadi juara. Banyak yang mengatakan bahwa itu adalah tanda-tanda matinya sepakbola klasik dunia, digantikan sepakbola industri nan penuh gebyar sekaligus komersial. Tak tanggung-tanggung bahkan Presiden UEFA, Michael Platini, membenci dan berusaha menghancurkan komersialisasi sepak bola yang berlebihan itu. Bermacam peraturan telah dikeluarkan, antara lain tentang pembatasan jumlah pemain asing non Eropa sampai kewajiban memiliki pemain muda lokal dalam skuad telah coba diberlakukan. Yang terbaru, Platini hendak menerapkan batas salary seperti yang dilakukan dalam basket NBA agar pertandingan berjalan lebih seimbang antara tim besar kaya raya dengan tim-tim medioker atau malah tim-tim kecil yang ada dalam suatu negara atau malah tim-tim di luar negara besar sepakbola : Inggris, Spanyol, Jerman, dan Italia.

 

Bagi saya sendiri apa yang dilakukan Platini sebenarnya tidak melulu murni penyelematan sepak bola dunia…tapi lebih pada penyelamatan sepak bola Eropa yang menjadi wewenangnya. Dengan kata lain prinsip yang hendak menyelamatkan hegemoni Bangsa Aria dalam sepak bola. Betapa tidak, kemunculan bintang-bintang besar di luar Eropa tahun ini demikian luar biasa dan pasti akan semakin membesar jumlahnya di tahun-tahun mendatang. Messi, Aguerro, Teves, Cavani, Falcao dan Sanches, adalah raja-raja kecil sepakbola Eropa saat ini yang berasal dari Amerika Selatan. Lalu dari Afrika nama-nama lawas semacam Didier Drogba, Eto’o, Yaya Toure, Essien telah memiliki penerus hebat semacam Valencia, Demba Ba, Papis Demba Cisse atau juga Obi Mikel. Sementara dari Asia, beberapa nama juga sudah menarik perhatian klub besar semisal Keisuke Honda, Shinji Kagawa, Ryo Myaichi, Park Chu Yong. Apa artinya ?! Jelas bakat-bakat muda sepak bola Eropa akan mati dan tersingkir di klub-klub kecil. Walau di lain benua, sepak bola akan semakin tumbuh berkembang akibat daya tarik fulus seperti diterima para seniornya di Eropa.

 

Yang perlu dicermati lagi adalah pertumbuhan finansial klub-klub besar akibat eksodus budget yang berasal dari taipan-taipan di luar Eropa seperti Manchester United yang dimiliki Orang Amerika, Manchester City dan QPR yang membesar akibat suntikan finansial taipan minyak Timur Tengah, yang semuanya dimulai dari investasi super gila yang dilakukan oleh Roman Abramovich terhadap klub kecil, Chelsie. Walau tidak selalu berarti prestasi, tetapi tahun ini kekuatan finansial semakin terlihat menguasai liga-liga besar Eropa. Walau demikian, saya sendiri lebih suka menyebutnya sebagai kekuatan pecinta sepak bola sejati. Bayangkan, alangkah gilanya sang investor yang rela kehilangan milyaran dolar hanya untuk mendanai sebuah klub kecil agar bisa menyaingi tradisi-tradisi klub besar langganan juara. Anda saya punya duit seperti mereka, sebagai penggila bola, pastilah saya akan berbuat serupa dengan membeli sebuah klub medioker di Inggris untuk bisa berprestasi. Sesuatu yang sudah dilakukan banyak pecinta bola di negeri ini walau masih sebatas via Virtual Football Manager saja… (daripada duit habis banyak tapi prestasi gak jelas seperti dilakukan investor Persib Bandung, Persija Jakarta atau Persisam Putra Samarinda, Pelita Jaya atau Mitra Kukar misalnya…)

 

Liga Inggris.

Tahun ini diwarnai perang sengit diantara Manchester City versus tetangganya United dalam memperebutkan gelar juara. City yang tahun ini belanja gila-gilaan dengan mendatangkan sekaligus membajak super bintang sekaliber Aguero dan Nasri guna melengkapi deretan starting line up keren : Silva, Yaya Toure, Balotelli, Dzeko, Kompany, Barry, Milner….akhirnya berhasil menjuarai Liga Inggris. Sesuatu yang pantas mengingat tahun ini 2 kali City membabat United di Laga Kandang maupun Tandang. Arsenal yang masih mempertahankan tradisi pembelian bakat-bakat muda terpaksa harus puas di peringkat 3, dan lagi-lagi nir gelar. Chelsea walau gagal total di liga akibat pemainnya yang mulai kelelahan dan minta turun mesin, masih bisa tersenyum dengan 2 gelar prestisiusnya di tahun ini, yakni Piala FA dan Liga Champion. Sementara Liverpool yang tengah mengharapkan keterpaduan bintang mahalnya Suarez-Carrol harus puas dengan piala Carling akibat minimnya dukungan Stivie Gi yang belum tampil 100%.

 

Liga Spanyol

Keputusan mendatangkan Mourinho, tahun ini berbuah manis setelah Madrid merampas gelar Liga dari tangan Barcelona. Hal itu juga didukung semakin padunya bintang-bintang mahal semisal: Ronaldo,  Kaka, Benzema, Higuain, Khedira, DE Maria dan Xabi Alonso. Sementara Barca yang terlalu asyik dengan talenta-talenta asli La Masia (Messi, Iniesta, Xavi, Busquets, Fabregas, Pique, Puyol, Pedro) harus mulai mencari formula baru buat  menyaingi seterunya tersebut yang saya prediksi akan akrab dengan gelarnya tersebut dalam 3 tahun ke depan. Mau gimana lagi, sang Jendral “Xavi” sudah mulai menua. Iniesta sendiri juga terlalu berat jika harus mengatur permainan sendirian. Fabregas masih kelihatan terlalu agresif sebagai seorang Playmaker murni. Kondisi itu diperparah dengan keluarnya Guardiola dari skuad. Mungkin dia bosan diperintah untuk terus melestarikan tradisi sementara tuntutan prestasi selalu tinggi.

 

Liga Italia

Sekali lagi kemenangan pecinta sepak bola hadir di tanah Italia. Juventus dengan luar biasa berhasil menjuarai Liga dengan rekor tak terkalahkan. Kemenangan yang sedikit banyak dipengaruhi transfer yang lebih agresif dengan mendatangkan bintang sekelas Pirlo, Vucinic, Caceres dan Borielo. Sementara AC Milan harus mulai memikirkan peremajaan timnya guna mendukung bakat-bakat muda : Pato, El Sharawy dan Boateng dan mulai meninggalkan bintang-bintang tuanya: Gattuso, Van Bommel, Ambrosini, Zambrotta, dan Seedorf . Begitu juga dengan Inter yang harusnya mulai melupakan tim juara bentukan Mourinho : Sneijder, Millito, Zanetti, Lucio, Maycon. Dan saya yakin Morrati masih punya sisa energi pecinta sepaki bola sejati buat memperbaiki skuad Inter di musim depan. Sebenarnya tantangan serius harusnya muncul dari Napoli yang trio Hamsik-Lavezzi-Cavani mulai ditakuti di Eropa. Hanya saja, kenyataan bahwa Napoli adalah Tim kecil, membuat trio bintangnya itu gerah dengan beribu godaan dollar dari  tim-tim besar.

 

Liga Jerman

Khusus Liga Jerman, Borrusia Dortmund berhasil mempertahankan gelarnya dari kejaran klub kaya raya Bayern Muenchen. Tidak tanggung-tanggung, Dortmund berhasil mengangkangi dua gelar bergengsi di Jerman dengan dua-duanya menghancurkan Muenchen di posisi kedua. Walau Muenchen sarat dengan pemain bintang (Riberry, Robben, Gomez, Neuer, Mueller, Schweinsteiger), kepergian pemain sarat pengalaman (Podolski dan Klose) ternyata juga dibarengi dengan hilangnya mental juara Muenchen saat klub dalam tekanan rival-rivalnya, baik di Liga, Piala Jerman dan Liga Champion.

Liga Champion

Dominasi klub-klub kaya raya semakin terasa dengan melihat komposisi semifinalis : Madrid, Barca, Muenchen, dan Chelsie. Chelsie yang paling anderdok akhirnya berhasil keluar sebagai juara dengan melalui strategi ultradefensif sekaligus ultra beruntung karena selalu selamat di setiap menit akhir pertandingan. Bravo Chelsie…!!! Bravo Juara Baru…!!! Bravo Roman Abramovich…!!!

 

Mengapa judulnya ada embel-embel Death of Red Colour…??!!

Ternyata juara dari setiap liga besar dunia didominasi warna selain warna merah yang di tahun-tahun sebelumnya begitu dominan. Di Inggris the blue sky City mengalahkan Red United di posisi dua. Si Putih Madrid menghantam Merah Biru Barca. Juventus yang akrab dengan lorek hitam-putih mengkudeta Milan yang memiliki jersey kebesaran merah-hitam. Sementara Dortmund yang berkostum kuning-hitam meninggalkan the red Muenchen. Terakhir di Liga Champion, The Blues Chelsky mengalahkan Muenchen lagi. Bahkan di Portugal pun si lorek biru-putih Porto juga jadi juara liga. Bukan suatu kebetulan to….?!

8 Responses to Kemenangan Para Pecinta Sepakbola (Death of Red Colour)

  1. artikel komputer berkata:

    terima kasih banyak infonya

  2. makasih banget artikelnya

  3. rooting android berkata:

    kunjunjungan malem gan!

  4. mas sugeng berkata:

    blogwalking tengah malam nihhh

  5. ijin share ya artikelnya

  6. harga hp berkata:

    salam super aja lahhh

  7. notebook acer berkata:

    Ternyata juara dari setiap liga besar dunia didominasi warna selain warna merah yang di tahun-tahun sebelumnya begitu dominan

  8. Canon EOS 5D berkata:

    Dominasi klub-klub kaya raya semakin terasa dengan melihat komposisi semifinalis : Madrid, Barca, Muenchen, dan Chelsie. Chelsie yang paling anderdok akhirnya berhasil keluar sebagai juara dengan melalui strategi ultradefensif

Tinggalkan komentar