Sebenarnya ini merupakan masalah lama dan sudah diendus oleh banyak orang berhubungan dengan kelakuan para dokter yang semena-mena terhadap pasiennya. Tapi mau protes ya susah….soalnya dokter khan profesi paling terhormat di negeri ini….paling berkuasa…..Gak percaya….?! Coba saja pas lagi konsultasi sama dokter tentang penyakit….. kamu macem-macem…..protes sana protes sini….tanya yang agak ceriwis….. pasti kamu akan dibentaknya…..minimal disuruh nyari dokter lain…..Karena posisi kita yang saat itu tak berdaya…..harus manut pada dokter yang ibarat dewa…..karena ditangannya-lah nasib kesembuhan atau malah hidup dan mati kita…..Gimana tidak….kalau sang dewa punya niat jahat….diberikannya resep aneh pada kita-pun kita ngak bakalan tahu….gak bisa menuntut…..Tapi sekali lagi itu hanyalah wacana yang beredar luas di masyarakat….artinya apa, kita gak begitu percaya sama dokter….tapi kalau sakit….mau kemana lagi kalau tidak ke dokter…..?!
Na…..ini sebuah fakta yang mendukung praduga bersalah diatas. Dan tidak main-main, yang ngeluarin adalah dari kalangan dokter sendiri yakni dari Majelis Kehormatan Etik Kedokteran. Pengakuan itu dikeluarkan oleh Agus Purwadianto Ketua Majelis Kehormatan Etik Kedokteran dalam sebuah diskusi di Jakarta tanggal 15 Agustus 2007 dengan tema ”Beban Biaya Pendidikan Kedokteran” (dimuat dalam Koran Tempo Tanggal 16 Agustus 2007). Intinya adalah Agus Purwadianto mengakui praktek kolusi antara dokter dan perusahaan farmasi lazim dilakukan. Dokter dikontrak oleh perusahaan farmasi untuk memberikan resep tertentu, dengan keuntungan 20 persen dari harga obat. “Saat ini tidak ada satu pun dokter yang tidak terlibat kolusi dengan perusahaan farmasi. Insentifnya sampai 20 persen,” katanya. Wuih Dahsyat….!!
berita lengkapnya