Money Ball : A Tribute to Jose Mourinho

Maret 10, 2012

Juri-juri Oscar kalo menurut saya semakin aneh saja seleranya dari tahun ke tahun. Apalagi pas milenium ini. Kalau gak percaya, coba bandingin seleranya juri Oscar dari tahun 90-an dibanding 2000-an (lihat box).

 

Tahun

Pemenang Oscar

Tahun

Pemenang Oscar

Should Win

1990

Dance With Wolves

2001

A Beautiful Mind

Black Hawk Down

Lord of  The Rings 1

1991

The Silence of The Lambs

2002

Chicago

Gangs of New York

Lord of The Rings 2

1992

Unforgiven

2003

Lord of The Rings 3

idem

1993

Schindler’s List

2004

Million Dollar Baby

The Aviator

1994

Forrest Gump

2005

Crash

Memoirs of Geisha

1995

Brave Heart

2006

The Departed

The Devil Wears Prada

1996

The English Patient

(Jerry Maguire)

2007

No Country for Old Men

Atonement

The Bourne Ultimatum

1997

Titanic

2008

Slumdog Milionere

The Curious Case of Benjamin Button

1998

Shakespeare in Love

(Saving Private Ryan)

2009

The Hurt Loker

Avatar

Up in the Air

1999

American Beauty

(Any Given Sunday)

2010

King’s Speech

The Fighter

2000

Gladiator

2011

The Artist

Money Ball

 

Setuju atau tidak, tetapi dari tabel di atas nampak ketahuan kalau banyak film-film yang seharusnya berpotensi bisa (??) menang Oscar daripada pemenang Oscar sesungguhnya. Kalau masih gak percaya, coba tonton saja film-film pemenang Oscar di era 90-an… pastilah lebih menarik daripada film pemenang Oscar di era milenium yang cenderung gampang dilupakan…. (mending nonton should win yang lebih memorable) Bahkan yang tambah aneh lagi adalah tahun ini, dimana pemenang Oscar-nya merupakan film bisu. Entah dengan alasan apapun (orisinil kek.., unik kek…) kalu pemenangnya film bisu maka Oscar sedang mundur ke tahun 1927 dimana saat itu pemenangnya adalah WINGS yang notabene adalah film bisu (harusnya tetap) satu-satunya pemenang Oscar.

 

Wes lah… kita lupakan saja perhelatan Oscar 2011 yang nganeh-nganehi, tulisanku kali ini akan membahas tentang film nominasi Oscar yang harusnya menang yakni Money Ball. Kayaknya ini adalah film terbaik produksi 2011 yang aku tonton, mengalahkan film baik lain semisal : Real Steel, Planet of The Apes : Rise of the Planet, Fast of Forious 5. Dan hanya bisa disaingi film The Figther yang kebetulan film unggulanku di tahun lalu. Secara singkat film ini bercerita tentang kisah Billy Beane (Pitt) seorang manajer klub baseball Oakland A, yang dituntut tetap berprestasi walau dengan dukungan budget minim ples hengkangnya para pemain bintangnya yang hengkang akibat dibajak klub lain yang lebih mampu membayar gedhe. Tentu saja hal itu sangat memusingkan Billy sampai kemudian dia bertemu dengan Peter Brand (dimainkan dengan sangat apik oleh Jonah Hill), seorang anak muda pecinta basseball yang tak pernah bermain baseball. Tetapi memiliki analisis mendalam dengan mendasarkan pada data statistik dari tiap pemain. Hal ini menimbulkan ide dari Billy untuk memanfaatkannya demi membentuk tim baseball dengan biaya murah tetapi berpotensi mengejutkan setiap lawannya. Dari sinilah dimulai sebuah petualangan menarik diantara manajer dan asistennya dalam mengelola klub baseball.

Baca entri selengkapnya »


Jangankan Bahrain, Italia, Inggris dan Bahkan Argentina pun bisa kita Kalahkan

Maret 9, 2012

Kekalahan memalukan Timnas Indonesia dari Bahrain 10 – 0 benar-benar membikin geger seluruh pecinta sepakbola nasional. Dunia sepakbola Indonesia yang akhir-akhir ini begitu euphoria dan bahkan mulai terobsesi dengan prestasi, akibat penampilan hebat Timnas di Piala AFF serta penampilan Timnas U-23 di Sea Games, harus terhempas ke bumi karena kekalahan telak itu. Semua seolah tak percaya. Memang sih kekalahan sudah diprediksi banyak orang mengingat di klasemen kita memang sudah tak ada harapan. Belum lagi materi Timnas terbatas pemain yang berlaga di IPL saja alias mungkin saja hanya Tim kedua atau malah ketiga dari pemain terbaik kita…tapi 10 – 0 itu bukan kekalahan biasa… apalagi lawannya bukan tim langganan juara semisal Arab, Korea atau Jepang. Iki ming Bahrain Cak…!!

 

Banyak orang yang kemudian menyesalkan peristiwa itu dan menuduh pengurus PSSI  yang sekarang tak becus ngurusi bal-balan. Berbagai masalah memang seolah tak ada hentinya semenjak akhir era Nurdin Halid sampai ketua yang baru Johar Arifin Husein… Yang paling jelas adalah adanya dualisme kompetisi yakni IPL dukungannya PSSI dan ISL dukungannya sebagian besar Klub, yang akhirnya dianggap sebagai biang kerok buruknya prestasi karena PSSI menghukum seluruh klub ples pemain yang ikut ISL dengan melarang mereka bermain di Timnas… Suasana carut marut itu ujung-ujungnya membuat seluruh pecinta bola di Indonesia meminta agar pemerintah menyelamatkan kapal PSSI dan persepakbolaan nasional yang hampir karam. Sayangnya jika hal itu dilakukan maka akan melanggar statuta FIFA dan dampaknya Indonesia akan dilarang mengikuti even sepak bola di bawah kalender FIFA. Itulah yang disampaikan SBY dalam pidatonya Selasa sore (6/03/ 2012) menanggapi desakan masyarakat yang semakin menghebat pada pemerintah. Bahkan lebih lanjut pemerintah berniat untuk melepaskan tanggung jawab penanganan sepenuhnya pada PSSI. Melalui Menpora kita yang Nggantheng, pemerintah akan menghentikan bantuan dana bagi Timnas Indonesia selama materi Timnas bukanlah putra-putra terbaik bangsa. Sebuah pernyataan yang dimaklumi separoh pasrah oleh Bernard Limbong, pengurus PSSI urusan Timnas, mengingat prestasi PSSI yang ancur-ancuran tersebut. (Bahkan Tim U-21 pun hanya berhasil mengumpulkan 18 pemain saja untuk ikut dalam turnamen Hasanal Bolkiah sangking gak adanya stok pemain yang gak kena skors)

 

Saya sendiri merasa bahwa saat ini adalah episode sambungan dari dagelan Sepak Bola kita yang episode pertamanya ada pada era Nurdin Halid. Waktu itu semangat masyarakat sepak bola adalah melengserkan Nurdin Halid yang sudah dianggap sebagai Godfather-nya mafia sepak bola nasional. Bahkan sangking gemesnya, dimotori oleh Arifin Panigoro, beberapa klub mbalelo dan bahkan menyelenggaraan kompetisi tersendiri di luar PSSI melalui Liga Primer Indonesia. Akhirnya dagelan sepak bola itu terhenti sementara setelah FIFA turun tangan, melalui Agum Gumelar, untuk menyelenggarakan pemilihan ketua PSSI baru. Nurdin pun harus ikhlas lengser akibat tidak diperbolehkan mencalonkan diri lagi, walau demi keadilan FIFA juga melarang Arifin dan Goerge Tousuta, pentholan geng anti Nurdin, untuk mencalonkan diri sebagai ketua PSSI. Dalam perkembangannya, ternyata terpilihnya Johar Arifin Husein sebagai ketua PSSI bukanlah akhir dari krisis, dan bahkan menurut saya itu adalah awal dagelan baru. Soalnya belum setengah tahun bekerja, PSSI kembali digoyang ketidakpuasan dari anggotanya. Yang paling tragis adalah kompetisi sepak bola pun sekali lagi mengalami dualisme yakni adanya kompetisi tandingan ISL dengan menyaingi kompetisi resmi PSSI, IPL. Dan yang menariknya lagi, ada 20 klub terbaik yang ikut serta dalam ISL. Jauh lebih banyak daripada klub yang ikut dalam kompetisi resmi PSSI yang peserta hanya 12 klub.

Baca entri selengkapnya »