Menyaksikan final Liga Champion tahun ini ibarat menyaksikan pertarungan Ular beludak melawan Harimau lapar. Sang harimau begitu laparnya hingga dengan yakin mengamuk seolah-olah hendak mencabik-cabik sang ular. Tapi apa mau dikata, sang ular beludak demikian licik ples gesit hingga bisa menyembunyikan diri rapat-rapat dibalik dinding batu sambil sesekali menyambar-nyambar melepaskan patukan maut nan berbisa. Dan demikianlah, sang harimau akhirnya kelelahan hingga terpaksa harus merelakan tubuhnya terluka akibat dua cabikan cepat sang ular beludak bernama Diego Milito. Dan itulah yang akhirnya terjadi. Bayern yang memiliki ball possion yang demikian tinggi (67 %) harus merelakan tahta Liga Champion ini pada rival, Intermilan. Kemenangan Intermilan itu sekaligus merupakan kemenangan sepakbola pragmatis karena ditangan Intermilan pula lah para pemilik sepakbola indah, Chelsea dan Barcelona tumbang. Dan hal itu tak lepas dari buah sang ‘special one’ Jose Mourinho….sang pelatih jenius dalam taktik yang lebih mengedepankan hasil daripada proses permainan indah….(Dan itulah alasan Abramovic memecat Mourinho dari Chelsea…)
Bagi saya sendiri, kemenangan Inter merupakan kemenangan kesabaran dan kekeraskepalaan seorang Massimo Morrati yang begitu mencintai sepakbola dan klub yang dimilikinya, Intermilan. Bayangkan sejak memiliki Intermilan mulai tahun 1995 beragam bintang telah didatangkan untuk dapat menjadikan Intermilan sebagai tim besar di Eropa…mulai dari super bintang : Cristian Vieri, Ronaldo, Baggio, Bergkamp, Figo serta bintang-bintang besar lain : Roberto Carlos, Robbie Keane, Zamorano, Alvaro Recoba, Adriano dan juga pelatih-pelatih tenar: Luigi Simoni, Hektor Cuper, Marcello Lippi…dan baru setelah menanti selama 10 tahun gelar scudetto Italia pun baru mampir ditangannya. Maka tak heran Mourinho pun secara terang-terangan hendak menghadiahkan gelar Liga Campion bagi sang Presiden yang diyakininya lebih gila bola dari Taipan Rusia Roman Abramovic…
“ Presiden Morrati merupakan orang yang spesial. Saya berterima kasih padanya karena telah menunjuk saya dua tahun silam. Saya berharap bisa menyaksikannya tersenyum dengan piala Liga Champion di tangannya….”
Dan itulah yang pertama kali dilakukan saat berasil mewujudkan impian sang presiden yakni berfoto bersama sang presiden dengan piala Liga Champion ditengahnya….